Jumat, 11 Juli 2014

'Teman' atau 'Teman Hidup'

Cuma ada 'teman' atau ' teman hidup'

Prinsip itu pernah saya ungkapkan ke beberapa orang. Yang kebanyakan kepada teman seorang yang satu jenis saya, perempuan. Satu lawan jenis yang saya ingat pernah saya ungkapkan tentang prinsip ini, adalah seseorang yang bertanya duluan kepada saya mengenai apakah penting untuk saya sebuah pernyataan dari lawan jenis.

Heuuummm..., agak kaget sih dengan pertanyaan itu. Berasa dapet pertanyaan menjebak di antara pembicaraan ringan antar teman. Apalagi yang nanya lawan jenis dan belum pernah interaksi secara real, face to face.

Enk ink enk.., bingung sempat melanda harus jawab seperti apa. Akhirnya ya mau ga mau harus dijawab. Kurang lebih jawabannya begini...

Buat saya cuma ada 'teman' atau 'teman hidup', itu saja. Pacaran atau jadian mah ga pasti ujungnya, belum tentu menikah. Pernyataan yang penting, ya cuma pernyataan tentang menikah.

He......  ;p

Mungkin prinsip saya itu bakalan jadi pro-kontra. Bukan hanya satu sisi mengenai pacaran atau tidak, tetapi mungkin juga tentang berteman dan kemudian menikah.

Yes.., that's okay TTM kalo buat saya. Teman terus menikah. 'Teman' kemudian jadi 'teman hidup'





Entahlah, dalam pandangan saya sih... kita tuh lebih apa adanya ketika menjadi teman. Ga pake jaim. Ga banyak tuntutan juga dan ga bisa dituntut macem-macem. Yang jelas sih, teman itu kan terbatas. Bisa apa adanya tapi punya batasan.

Lebih nyantei juga ngadepinnya. Iya ga? Kalo ga dikabarin, ya ga jadi bete. Biarin ajah, mungkin butuh waktu untuk dirinya sendiri. Kita juga ga harus selalu ngabarin. Seperlunya.

Kalo akhirnya Allah menjadikan 'teman' kita itu 'teman hidup' kita, berarti memang itulah jodoh dari Allah. Seseorang yang mungkin tepat, tapi waktunya saja belum tepat dan kita perlu bersabar hingga waktunya tepat. Dan rasanya, ya tinggal melangkah saja karena sudah cukup mengenal individu masing-masing.

Seorang teman sih kalo denger itu langsung nyeletuk, "Lucky i'm in love with my best friend". Jason Mraz bangeut...

Tapi balik lagi sih ke individu masing-masing.Ga semua orang bisa menjalani apa yang jadi prinsip kita. Apapun itu klo menurut saya sih yang penting kita mau bertanggung jawab atas pilihan hidup kita.


Kamis, 10 Juli 2014

My Plestine, My Gaza, My Aqsha

Rasanya sulit membendung air mata ketika mendengar kabar Israel menyerang Gaza lagi. Menyerang membabi buta dengan rudal-rudalnya tanpa pemikiran sehat. Mereka tidak pilih-pilih ketika menjatuhkan peluru-peluru besar itu. Mereka melakukannya dengan menjatuhkannya dimanapun. Di Gaza, di bumi Palestina.

Coba lihat siapa yang jadi korban kalian? Coba pikir siapa yang kalian bunuh tanpa otak jernih? Coba periksa diri kalian sendiri! Apa masih punya hati nurani?

Warga sipil telah jadi korban kalian. Anak-anak telah kalian bunuh. Bayi-bayi telah kalian renggut nyawanya. Masa depannya.

Ya, kalian memang sengaja. Itu bukan salah sasaran. Kalian sengaja membunuh mereka, anak-anak dan bayi-bayi itu. Kalian terlalu takut kelak mereka akan jadi pembela tanah Palestina yang tangguh. Kalian takut, kelak mereka yang akan melawan kalian. Mereka yang akan menang atas kalian. Seperti halnya Firaun yang sangat ketakutan akan ramalan lahirnya seorang bayi laki-laki yang kelak akan menghabiskan kekuasaannya. Dan itulah yang terjadi, akhirnya Firaun di azab oleh Allah SWT ketika mengejar nabi Musa as dan kaumnya. Itu kan yang kalian takutkan?

Ramadhan selalu menjadi bulan penuh kebarokahan bagi umat Islam. Dan Allah SWT menambahkan begitu banyak kebarokahan pada kalian rakyat Palestina. Ketika kami hanya menahan lapar, haus, dan nafsu, maka Allah SWT menambah nikmat perjuangan kalian. Allah SWT menambahkan kekuatan besar agar kalian tetap teguh melawan Zionis. MasyaaAllah, perjuangan kami tidak seberapa.

Ya Allah..., harusnya kami malu ya. Masih saja kami lalai, masih saja kami beralasan. Dan kami sangat iri pada mereka, pada rakyat Palestina. Ya Allah, ketangguhan mereka mengalahkan segalanya. Sedang kami masih sangat lemah. Sedang kami masih belum paham akan teror lain yang diberikan pada lingkungan kami. Kami masih sangat naif.

Saatnya membuka mata. Membuka hati. Membuka pikiran. Membuka wawasan. Ketika zionis memberikan serangan berupa peluru kepada rakyat Palestina, maka sesungguhnya zionis menyerang kita dengan peluru pemikiran. 

Mereka meluncurkan peluru pemikiran yang akan menghacurkan iman kita sedikit demi sedikit. Meluruhkan keteguhan kita akan kebenaran aqidah kita. Kita harus semakin waspada.

Kita harus sama-sama berjuang melawan zionis. Kita mendukung rakyat Palestina sepenuh hati.

Kita mendo'akan mereka, karena sesungguhnya mereka pun tak luput dari mendo'akan kita.

Kita menyisihkan harta kita untuk mereka, karena sesungguhnya dalam kondisi apapun mereka tidak pernah luput untuk menyisihkan hartanya untuk kita yang tertimpa bencana.

Kita satu, kita saudara, kita adalah tubuh yang sama. Kita adalah muslim.

Dan terima kasih yang sangat besar untuk mereka, karena mereka tetap berjuang di sana. Bertahan di sana untuk menjaga Masjid Al Aqsha. Masjid suci kaum muslim. Masjid dimana ketika kita sholat di dalamnya maka akan Allah SWT kalikan 100 nilainya. MasyaaAllah. Tidak sedetikpun akan mereka tinggalkan meskipun sesulit apapun yang harus mereka hadapi.

Ya Allah, Ya Rabbana.., betapa menyadarinya kami rasa terima kasih kami tidak akan pernah cukup. Hanya Engkau yang dapat membalasnya. Hanya Engkau yang bisa menyediakan tempat terbaik di jannah-MU. Berkahilah kami, berkahilah Ramadhan kami,

Ya Allah..., semoga Ramadhan ini menjadi bulan kemenangan kami. Kemenangan umat-MU. Kuatkanlah kami. Teguhkanlah kami di jalan-MU. Aamiiiiiin......