Senin, 29 September 2014

AKU, KAU & KUA


Pas liat iklan coming soon-nya film ini langsung deh kepo nyari thriller-nya. Searching di dunia maya dan nonton thriller-nya yang bodor langsung deh pengen nonton. Beberapa hal yang terjadi belakangan dan nge-stuck di otak tuh rasanya pengen disingkirkan.

Setelah bikin janji ma anak-anak dan susahnya nyari jadwal bersama, akhirnya Senin, 22 September 2014 cuma nge-date berdua aja sama My Sweety Tini Wini Biti, Nitaku. Kita terpaksa nonton di Empire XXI, sebagai tempat yang dirasa paling strategis buat kita berdua.

Theater 3 pun cukup lowong, selain karena itu hari senin, film ini pun sudah diputar di bioskop selama 10 hari. Jadi cukup nyaman deh nontonnya. Meski saya rasa agak panas, AC-nya cuma sepoi-sepoi aja.

Heuuummm, kali ini saya bukan mau ngebahas jalan cerita dari film ini tapi lebih ke apa yang saya rasa, alami, ataupun saya dapati dari film ini. Kalo mau tau jalan ceritanya, tonton aja masing-masing ya.

Ta'aruf itu gak perlu pake jatuh cinta dulu, cukup kita punya ketertarikan dengan seseorang tersebut dan berusaha saling mengenal secara jujur apa adanya. Cinta bisa kita bangun ketika telah menikah. Kalo kita ta'aruf dan akhirnya tidak berakhir di pernikahan maka kita bisa tetep temenan. Karena intinya, semua kita lakukan karena Allah.

Dan ta'aruf itu tetep bukan pacaran islami karena tidak ada istilah pacaran dalam islam. Pacaran itu banyak godaannya, salah satu contohnya Jerry yang 'tangannya nakal' ke Mona dan pas Mona nolak disentuh dan ngajak nikah malah diputusin deh ma Jerry. Akhirnya Jerry nikah karena pacarnya hamil duluan. Aaahhh, pilu banget seperti gambaran sebagian remaja sekarang ini.

Ta'aruf itu punya aturan. Ta'aruf itu punya batasan. Ta'aruf itu bukannya gabisa ngapa-ngapain juga alias cuma kirim-kirim biodata via orang ketiga. Mau ketemu dan ngobrol boleh. Mau makan bareng boleh. Syaratnya sih gak berduaan ajah. Kan entar yang ketiganya syetaannnn... =)) Dan tetep jaga sikap karena lawan jenis kita itu belum halal buat kita.

Asli deh kalo menurut saya film ini bagus untuk memahamkan pada banyak orang, terutama remaja, tentang ta'aruf. Bahasanya ringan dan tidak memaksa. Dikemas dalam komedi juga, jadi bisa keketawaan dengan aksi polosnya Deon, tingkah lucunya Pepi, dan sebagainya. Saya aja ketawa ampe keluar air mata. Dan.., masih ada adegan yang menyentuh hati saya juga. Gak kecewa deh nonton ini.

Teruuusss..., semoga banyak yang nonton dan bisa mengambil pelajaran dari film ini. Setelah memahami 'dasarnya banget' dari ta'aruf, semoga kita bisa melangkah pada tahap berikutnya. InsyAllah.


Selasa, 02 September 2014

Di Sampingmu

Aku tidak pernah ingin di belakangmu
Hanya memandangi punggungmu
Tanpa melihat ekspresi bibirmu
Tanpa membaca apa yang tersirat di matamu

Aku tidak pernah ingin di depanmu
Hanya membiarkan kau mengikutiku
Tanpa menjadi petaku
Tanpa menjadi kompasku

Aku ingin selalu di sampingmu
Membersamai langkah-langkahmu
Begitu mudah kau genggam tanganku
Begitu mudah kau rangkul dengan lenganmu

Aku ingin selalu di sampingmu
Terlihat ketika kau menoleh sedikit
Tak jauh untuk mendengarkan ucapanmu
Tak jauh untuk mengungkapkan rasaku



2 September 2014,, untuk seseorang yang (mungkin) belum aku tahu namanya dan di mananya serta kapan bertemunya. ;)



Jumat, 11 Juli 2014

'Teman' atau 'Teman Hidup'

Cuma ada 'teman' atau ' teman hidup'

Prinsip itu pernah saya ungkapkan ke beberapa orang. Yang kebanyakan kepada teman seorang yang satu jenis saya, perempuan. Satu lawan jenis yang saya ingat pernah saya ungkapkan tentang prinsip ini, adalah seseorang yang bertanya duluan kepada saya mengenai apakah penting untuk saya sebuah pernyataan dari lawan jenis.

Heuuummm..., agak kaget sih dengan pertanyaan itu. Berasa dapet pertanyaan menjebak di antara pembicaraan ringan antar teman. Apalagi yang nanya lawan jenis dan belum pernah interaksi secara real, face to face.

Enk ink enk.., bingung sempat melanda harus jawab seperti apa. Akhirnya ya mau ga mau harus dijawab. Kurang lebih jawabannya begini...

Buat saya cuma ada 'teman' atau 'teman hidup', itu saja. Pacaran atau jadian mah ga pasti ujungnya, belum tentu menikah. Pernyataan yang penting, ya cuma pernyataan tentang menikah.

He......  ;p

Mungkin prinsip saya itu bakalan jadi pro-kontra. Bukan hanya satu sisi mengenai pacaran atau tidak, tetapi mungkin juga tentang berteman dan kemudian menikah.

Yes.., that's okay TTM kalo buat saya. Teman terus menikah. 'Teman' kemudian jadi 'teman hidup'





Entahlah, dalam pandangan saya sih... kita tuh lebih apa adanya ketika menjadi teman. Ga pake jaim. Ga banyak tuntutan juga dan ga bisa dituntut macem-macem. Yang jelas sih, teman itu kan terbatas. Bisa apa adanya tapi punya batasan.

Lebih nyantei juga ngadepinnya. Iya ga? Kalo ga dikabarin, ya ga jadi bete. Biarin ajah, mungkin butuh waktu untuk dirinya sendiri. Kita juga ga harus selalu ngabarin. Seperlunya.

Kalo akhirnya Allah menjadikan 'teman' kita itu 'teman hidup' kita, berarti memang itulah jodoh dari Allah. Seseorang yang mungkin tepat, tapi waktunya saja belum tepat dan kita perlu bersabar hingga waktunya tepat. Dan rasanya, ya tinggal melangkah saja karena sudah cukup mengenal individu masing-masing.

Seorang teman sih kalo denger itu langsung nyeletuk, "Lucky i'm in love with my best friend". Jason Mraz bangeut...

Tapi balik lagi sih ke individu masing-masing.Ga semua orang bisa menjalani apa yang jadi prinsip kita. Apapun itu klo menurut saya sih yang penting kita mau bertanggung jawab atas pilihan hidup kita.


Kamis, 10 Juli 2014

My Plestine, My Gaza, My Aqsha

Rasanya sulit membendung air mata ketika mendengar kabar Israel menyerang Gaza lagi. Menyerang membabi buta dengan rudal-rudalnya tanpa pemikiran sehat. Mereka tidak pilih-pilih ketika menjatuhkan peluru-peluru besar itu. Mereka melakukannya dengan menjatuhkannya dimanapun. Di Gaza, di bumi Palestina.

Coba lihat siapa yang jadi korban kalian? Coba pikir siapa yang kalian bunuh tanpa otak jernih? Coba periksa diri kalian sendiri! Apa masih punya hati nurani?

Warga sipil telah jadi korban kalian. Anak-anak telah kalian bunuh. Bayi-bayi telah kalian renggut nyawanya. Masa depannya.

Ya, kalian memang sengaja. Itu bukan salah sasaran. Kalian sengaja membunuh mereka, anak-anak dan bayi-bayi itu. Kalian terlalu takut kelak mereka akan jadi pembela tanah Palestina yang tangguh. Kalian takut, kelak mereka yang akan melawan kalian. Mereka yang akan menang atas kalian. Seperti halnya Firaun yang sangat ketakutan akan ramalan lahirnya seorang bayi laki-laki yang kelak akan menghabiskan kekuasaannya. Dan itulah yang terjadi, akhirnya Firaun di azab oleh Allah SWT ketika mengejar nabi Musa as dan kaumnya. Itu kan yang kalian takutkan?

Ramadhan selalu menjadi bulan penuh kebarokahan bagi umat Islam. Dan Allah SWT menambahkan begitu banyak kebarokahan pada kalian rakyat Palestina. Ketika kami hanya menahan lapar, haus, dan nafsu, maka Allah SWT menambah nikmat perjuangan kalian. Allah SWT menambahkan kekuatan besar agar kalian tetap teguh melawan Zionis. MasyaaAllah, perjuangan kami tidak seberapa.

Ya Allah..., harusnya kami malu ya. Masih saja kami lalai, masih saja kami beralasan. Dan kami sangat iri pada mereka, pada rakyat Palestina. Ya Allah, ketangguhan mereka mengalahkan segalanya. Sedang kami masih sangat lemah. Sedang kami masih belum paham akan teror lain yang diberikan pada lingkungan kami. Kami masih sangat naif.

Saatnya membuka mata. Membuka hati. Membuka pikiran. Membuka wawasan. Ketika zionis memberikan serangan berupa peluru kepada rakyat Palestina, maka sesungguhnya zionis menyerang kita dengan peluru pemikiran. 

Mereka meluncurkan peluru pemikiran yang akan menghacurkan iman kita sedikit demi sedikit. Meluruhkan keteguhan kita akan kebenaran aqidah kita. Kita harus semakin waspada.

Kita harus sama-sama berjuang melawan zionis. Kita mendukung rakyat Palestina sepenuh hati.

Kita mendo'akan mereka, karena sesungguhnya mereka pun tak luput dari mendo'akan kita.

Kita menyisihkan harta kita untuk mereka, karena sesungguhnya dalam kondisi apapun mereka tidak pernah luput untuk menyisihkan hartanya untuk kita yang tertimpa bencana.

Kita satu, kita saudara, kita adalah tubuh yang sama. Kita adalah muslim.

Dan terima kasih yang sangat besar untuk mereka, karena mereka tetap berjuang di sana. Bertahan di sana untuk menjaga Masjid Al Aqsha. Masjid suci kaum muslim. Masjid dimana ketika kita sholat di dalamnya maka akan Allah SWT kalikan 100 nilainya. MasyaaAllah. Tidak sedetikpun akan mereka tinggalkan meskipun sesulit apapun yang harus mereka hadapi.

Ya Allah, Ya Rabbana.., betapa menyadarinya kami rasa terima kasih kami tidak akan pernah cukup. Hanya Engkau yang dapat membalasnya. Hanya Engkau yang bisa menyediakan tempat terbaik di jannah-MU. Berkahilah kami, berkahilah Ramadhan kami,

Ya Allah..., semoga Ramadhan ini menjadi bulan kemenangan kami. Kemenangan umat-MU. Kuatkanlah kami. Teguhkanlah kami di jalan-MU. Aamiiiiiin......






Kamis, 12 Juni 2014

Prepare for The Trip

Agak excited nih ceritanya... Karena ini pertama kali pergi ke daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta sana pake mobil sendiri. Biasanya kan pake kereta, jadi gak ada celah buat udar-ider.

Yang kebayang sama saya itu kalo pergi keluar kota naik mobil sendiri pasti bisa nyempetin ke tempat-tempat wisata yang khas ataupun wisata kuliner. apalagi kalo kota yang dikunjungin itu gak ribet. Bisa kebayang tanpa nyasar. Ahhh..., sok jagoan nih... =))

Jadilah sebelum berangkat hari Jum'at nanti saya sibuk browsing wisata kuliner yang recommended. Ahhaayyy...

Dapet deh beberapa informasi yang menarik dan tentunya destinasi yang cukup menarik dikunjungi. Di antara celah acara keluarga, mari kita sempatkan untuk menoreh pengalaman baru dalam sejarah hidup ini. Cieeehhh.... Jangan lupa kamera tentunya, dan kipas wajib dibawa ke daerah panas seperti Semarang dan Yogyakarta. :D

Cerita selengkapnya perjalanan saya nanti, semoga bisa saya sharing juga di sini. Tunggu saja ya... Insyaa Allah.

 Semarang, I'm coming

Yogyakarta, I'm coming again and again

Kamis, 08 Mei 2014

Bangun Cinta

Kata pujangga cinta itu luka yang tertunda
Walau awalnya selalu indah
Bila bukan jodohnya siap-siap tuk terluka

Kata pujangga bangun cinta itu tak semudah
Tak secepat hati jatuh cinta
Namun bila jodohnya kita pasti bahagia

Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta
Jatuh itu sakit, bangun itu semangat
Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta
Meski tak mudah namun cinta jadi punya tujuan

Sampai kapan bermain cinta (bermain cinta)
Ku ingin bahagia tetap selamanya untukku...


Bangun Cinta by AMPM


Membaca lirik lagu ini sambil menyanyikannya.., (kayak yang suaranya bagus ajah...) mengingatkan saya dengan sepenggal quotes dari bukunya Ustadz Salim A. Fillah yang berjudul Barakallahu Laka: Bahagianya Merayakan Cinta. 

Ada dua pilihan ketika bertemu cinta
Jatuh cinta dan bangun cinta
Padamu, aku memilih yang kedua
Agar cinta kita menjadi istana, tinggi menggapai surga

Jatuh cinta? Tepatnya sih saya belum pahami jatuh cinta itu seperti apa. Kata orang sih jatuh cinta itu berjuta rasanya dan ketika ditinggalkan oleh orang yang udah bikin kita jatuh cinta bakalan patah hati. Nah patah hati itu kayak gimana ya? Rasanya blom paham juga. Selama ini sih klo suka sama seseorang dan kemudian orang itu menikah, rasanya ya biasa ajah. Turut bahagia malahan. Cuma sesekali aja kali ya merasa 'Koq bukan gw duluan ya...' =))

Saya juga bukan termasuk orang yang gampang punya rasa ama seseorang. Butuh usaha dari diri sendiri. So, bangun cinta rasanya tepat buat saya.

Bangun cinta itu tidak mudah klo kata AMPM. Bangun cinta itu butuh semangat untuk mencapai suatu tujuan, yaitu bahagia bersama jodoh kita selamanya.

Sedangkan menurut Salim A. Fillah, bangun cinta itu untuk menjadikan cinta kita menjadi istana yang bisa menggapai surga. Bahagia dunia-akhirat bersama jodoh kita.

Jatuh itu sakit. Berarti jatuh cinta itu sakit karena cinta ya... Apalagi jatuhnya bukan dengan seseorang yang 'seharusnya'. Bukan dengan seseorang yang Allah halalkan untuk kita. Sakiiittt... Cinta itu luka yang tertunda. Soalnya kita akan berharap dengan seseorang yang belum punya kewajiban untuk bisa kita harapkan. Siap jatuh cinta ya siap untuk terluka. Hayooo...

Jujur saya hanya ingin merasakan cinta itu satu kali. Membangun cinta dengan seseorang yang menjadi jodoh di dunia dan akhirat. Cinta yang dibangun atas dasar keyakinan bahwa inilah seseorang yang Allah pilihkan untuk saya. Seseorang yang mau bekerja sama membangun istana itu. Karena itu memang harus dibangun bersama.

Tidak selamanya lancar jaya itu pasti. Ada sedih, tangis, marah, kecewa, itu sangat mungkin. Itulah perjalanan membangun istana indah itu. Akan selalu dibutuhkan usaha, usaha bersama. Dan karena kebersamaan itulah pasti akan selalu ada senyum, tawa, haru, tangis bahagia sebagai pelipur hati dan jiwa.

Akan selalu ada jalan atas kehendak-NYA. Akan selalu terjadi atas skenario-NYA. 
Hanya pada Allah mampu bersandar agar tetap kuat diterjang badai seperti apapun.

In syaa Allah...


*setahun berlalu lantas apa... hanya Allah Yang Tahu kan...* 08052013-08052014

Rabu, 12 Februari 2014

My Old Man

A little bit story about my old man...

My old man it's only a man in my life right now. Posisinya belum diberikan Allah untuk tergantikan saat ini.

Seorang ayah akanlah selalu istimewa untuk putrinya. Akan ada sesuatu dari seorang pria yang ia pilih untuk menjadi pendampingnya kelak adalah inspirasi dari ayahnya. :)

Tapi kali ini, saya tidak akan bercerita tentang inspirasi untuk pendamping masa depan. Tetapi hanya bercerita tentang seorang ayah dan saya.

Ayah saya kini usianya telah 60 tahun. Terkesan tua ketika dilihat dari angka. Tapi jangan salah, ketika orang-orang melihatnya, orang-orang tidak akan menilai beliau setua itu. Selain memang mukanya yang terlihat lebih muda dari usianya, alias baby face, gayanya pun tidak terlihat tua. Di usia setelah masa pensiunnya, ayah saya masih gemar mengenakan celana jeans dan kemeja kotak-kotak. Cukup stylish bukan?

Punya ayah yang terlihat 'berjiwa muda' sebenarnya cukup menyenangkan. Ayah kita tidak akan terkesan tua oleh permasalahan kita. Dengan kata lain tidak dibuat banyak pikiran. Terlihat menikmati hidupnya. 

Jalan berdua dengan ayah pun terkadang saya lakukan. Entah hanya untuk membeli sesuatu atau hanya ke suatu tempat. Sehubungan saya anak bungsu dan belum menikah, maka jika butuh sesuatu, ayah akan meminta saya untuk mengantarnya. Ataupun saya diantar oleh ayah saya.

Ketika berjalan hanya berdua dengan ayah saya, kadang terasa sedikit 'aneh' buat saya. Hal ini terkadang muncul dari cara pandang orang lain terhadap saya dan ayah saya. Seolah-olah mereka itu menerka-nerka saya itu anaknya atau istri mudanya. Menyebalkan.

Ketika berada di suatu toko yang pernah saya kunjungi bersama ayah saya, dan kebetulan saat itu ayah saya tidak ikut. Saya ditemani ibu saya saat itu. Tiba-tiba penjaga tokonya berkata, "Mbak, Aa-nya ga ikut?"

Saya sedikit terperangah dan berpikir Aa yang manakah itu. Ternyata ibu saya pun sedikit kaget dan berpikir dengan siapa saya pernah ke tempat ini.

"Ohh... Itu sih Aa-nya yang ini." Sahut saya begitu teringat pernah diantar siapa ke toko ini seraya menunjuk ibu saya.

"Ohh bapak..." Ibu saya berseloroh.

"Ohh bapaknya." Mbak penjaga toko berseloroh juga.

Saya jadi kepikiran setelah kejadian itu, apakah saya yang terlihat ketuaan. Soalnya usia saya dan ayah saya berbeda 30 tahun. Usia yang pas antara ayah dan anak. Tapi kenapa masih ada orang yang suka mengira-ngira tidak penting begitu. Toh, masih banyak yang suka mengira saya masih anak kuliahan. Hehehe...

Gara-gara beberapa peristiwa seperti di atas, saya jadi terpikir untuk mencari pendamping hidup yang tidak terlihat 'tua'. Simpel sih maksudnya, biar orang-orang ga ketuker mengira-ngira yang mana ayah saya, yang mana suami saya. Hehehe... ***




Senin, 10 Februari 2014

Masa Lalu, Sekarang, dan Akan Datang

Beberapa hari yang lalu, saya dan ibu terlibat dalam pembicaraan flashback. Kita membicarakan sesuatu yang terjadi beberapa tahun lalu dan lebih tepatnya bukan tentang saya sendiri.

Sebenarnya cerita ini lebih ke ibu dan kakak saya tentang seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan kakak saya. Sesosok pria ini punya masa lalu, masa lalu yang bisa dikatakan kurang baik. Meski itu hanya satu peristiwa.

Mungkin bagi sebagian keluarga yang lain, hal itu akan menjadi masalah untuk menerima sesorang menjadi menantunya. Tapi saya bersyukur, keluarga saya mempunyai kelapangan dalam melihat suatu peristiwa. Mereka tidak sebegitu saja menentang tetapi lebih mengembalikan pada yang menjalani.

Kalau menurut ibu saya, "Ga terlalu masalah lah masa lalunya seperti apa. Bagi ibu, yang penting sekarang dianya kayak gimana."

Hal ini saya terjemahkan dalam akun twitter dan status saya menjadi  :
 
Mom said: Seperti apapun masa lalunya, yang terpenting itu sekarang (dan akan datang) seperti apa.

Ya.., pada akhirnya ketika mereka tidak berjodoh ya bukan karena masa lalu itu tetapi lebih karena memang bukan jodohnya dan kebetulan ada sikap pria itu di masa sekarang yang kurang berkenan untuk orang tua saya.

Saya selalu percaya bahwa orang tua saya cukup bijaksana menilai seseorang. Tidak terlalu disibukkan dengan bibit, bebet, bobot tetapi lebih kepada sifat dan sikap yang bersangkutan. Lebih melihat apa yang terjadi sekarang, yang paling mungkin untuk mempengaruhi masa depannya dan masa depan kita juga.

Saya pribadi pun lebih melihat masa lalu itu sebagai kenangan, sebagai pembelajaran buat kita pribadi ataupun orang lain. Terkecuali masa lalu itu fatal dan akan sangat mempengaruhi untuk masa depan, maka akan perlu sebuah kajian dan diskusi mendalam.

Saya pribadi suka merasa kagum dan hormat terhadap seseorang yang akhirnya memilih hijrah pada jalan kebaikan. Memilih memperkuat iman dan takwa-nya meski harus meninggalkan sesuatu yang 'bergemerlapan' di masa lalunya. Ia mantap memilih yang lebih baik.

Setiap orang punya masa lalu masing-masing. Meskipun itu adalah pilihan masing-masing pribadi. Namun yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita menyikapinya. Bagaimana menjadikannya pembelajaran. Bagaimana kita akan mengukir masa depan. Bersyukurlah ketika hal yang buruk itu kemudian Allah gantikan dengan sesuatu yang berkali-kali jauh lebih baik. Jagalah kebaikan itu.

Kalau menurut suatu pepatah, lebih baik jadi mantan penjahat daripada jadi mantan ustadz. ***