Senin, 10 Februari 2014

Masa Lalu, Sekarang, dan Akan Datang

Beberapa hari yang lalu, saya dan ibu terlibat dalam pembicaraan flashback. Kita membicarakan sesuatu yang terjadi beberapa tahun lalu dan lebih tepatnya bukan tentang saya sendiri.

Sebenarnya cerita ini lebih ke ibu dan kakak saya tentang seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan kakak saya. Sesosok pria ini punya masa lalu, masa lalu yang bisa dikatakan kurang baik. Meski itu hanya satu peristiwa.

Mungkin bagi sebagian keluarga yang lain, hal itu akan menjadi masalah untuk menerima sesorang menjadi menantunya. Tapi saya bersyukur, keluarga saya mempunyai kelapangan dalam melihat suatu peristiwa. Mereka tidak sebegitu saja menentang tetapi lebih mengembalikan pada yang menjalani.

Kalau menurut ibu saya, "Ga terlalu masalah lah masa lalunya seperti apa. Bagi ibu, yang penting sekarang dianya kayak gimana."

Hal ini saya terjemahkan dalam akun twitter dan status saya menjadi  :
 
Mom said: Seperti apapun masa lalunya, yang terpenting itu sekarang (dan akan datang) seperti apa.

Ya.., pada akhirnya ketika mereka tidak berjodoh ya bukan karena masa lalu itu tetapi lebih karena memang bukan jodohnya dan kebetulan ada sikap pria itu di masa sekarang yang kurang berkenan untuk orang tua saya.

Saya selalu percaya bahwa orang tua saya cukup bijaksana menilai seseorang. Tidak terlalu disibukkan dengan bibit, bebet, bobot tetapi lebih kepada sifat dan sikap yang bersangkutan. Lebih melihat apa yang terjadi sekarang, yang paling mungkin untuk mempengaruhi masa depannya dan masa depan kita juga.

Saya pribadi pun lebih melihat masa lalu itu sebagai kenangan, sebagai pembelajaran buat kita pribadi ataupun orang lain. Terkecuali masa lalu itu fatal dan akan sangat mempengaruhi untuk masa depan, maka akan perlu sebuah kajian dan diskusi mendalam.

Saya pribadi suka merasa kagum dan hormat terhadap seseorang yang akhirnya memilih hijrah pada jalan kebaikan. Memilih memperkuat iman dan takwa-nya meski harus meninggalkan sesuatu yang 'bergemerlapan' di masa lalunya. Ia mantap memilih yang lebih baik.

Setiap orang punya masa lalu masing-masing. Meskipun itu adalah pilihan masing-masing pribadi. Namun yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita menyikapinya. Bagaimana menjadikannya pembelajaran. Bagaimana kita akan mengukir masa depan. Bersyukurlah ketika hal yang buruk itu kemudian Allah gantikan dengan sesuatu yang berkali-kali jauh lebih baik. Jagalah kebaikan itu.

Kalau menurut suatu pepatah, lebih baik jadi mantan penjahat daripada jadi mantan ustadz. ***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar